Selasa, 13 April 2010

Kisah [Taubatnya Malik ibn Dinar -rahimahullah-]

Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat, berbuat zhalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada satu maksiat melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia tidak menghargaiku karena kebejatanku.


Malik bin Dinar -rahimahullah- menuturkan: Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah.

Aku sangat mencintai Fathimah. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam hatiku.

Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan Allah -subhanahu wa ta'ala-lah yang membuatnya melakukan hal tersebut.

Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal dunia.

Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mu’min yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi.

Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat. Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil: Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan. Sampai aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku: “Mari menghadap al-Jabbar!”

Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ular besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata: “Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak: “Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”

Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia.

Dia berkata kepadaku:

“Wahai ayah, belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. al-Hadid:16)

Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.”

Dia berkata: “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.”

Dia –rahimahullah- berkata: Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat shubuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-.

Dia –rahimahullah- berkata:

Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat yang sama:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. al-Hadid: 16)

Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar –rahimahullah- yang beliau kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabi'in, dan termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: “Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni surga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni surga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.”

Malik bin Dinar -rahimahullah bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid berseru: “Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari. Dia berfirman kepadamu: “Barangsiapa mendekatkan dirinya kepadaKu satu jengkal, maka Aku akan mendekatkan diriKu kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan dirinya kepadaKu satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diriKu kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangiKu dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”

Aku memohon kepada Allah -subhanahu wa ta'ala- agar memberikan rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.

Malik bin Dinar –rahimahullah- wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah -subhanahu wa ta'ala- merahmatinya dengan rahmatNya yang luas. (Misanul I'tidal, III/426).

Sabtu, 03 April 2010

-_- ABOUT APRIL MOP -_-

Sekitar seribu tahun yang lalu saat Spanyol di bawah kekuasaan Muslim begitu kuat sehingga tak bisa dihancurkan. Kaum Kristen di barat berharap untuk menlenyapkan Islam dari seluruh bagian dunia dan mereka berhasil melakukannya sedikit banyak.

Namun ketika mencoba membersihkan Islam dari kekuasaan Spanyol, mereka gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Lalu mereka mengirim pengintai ke Spanyol untuk mempelajari Islam dan menemukan bahwa kekuatan yang dimiliki kaum Muslim adalah taqwa. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam namun memperaktekkan kehidupan secara Islam. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur'an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, untuk bir dan juga segala hal yang diharamkan dalam Islam. Jika mereka membaca tentang hijab di Al-Qur'an, mereka memperaktekkan nya tidak seperti kebanyakan kita. Karena itu, marilah kita berpegang tangan erat dan berjanji untuk memperaktekkannya secara nyata. Begitu kaum Kristen mengetahui kekuatan umat Islam, mereka mencari strategi untuk menghancurkannya.

Mulailah dengan mengirim alkohol dan cigarette secara gratis kepada mereka. Taktik ini cukup berhasil dan melemahkan keyakinan umat Islam terutama kaum mudanya. Hasil dari usaha ini adalah jatuhnya Spanyol dari kekuasaan umat Islam dan mengakhiri penguasaan umat Islam seluruhnya terhadap Spanyol selama delapan ratus tahun. Daerah terakhir yang jatuh kepada kekuasaan kaum Kristen adalah Grenada (Ghornata) pada tanggal 1 April (belum dapat kepastian).

Sejak saat itu, mereka merayakan hari kejatuhan umat Islam sebagai Hari Kebodohan umat Islam dimana pada tersebut umat Islam dipermalukan oleh kaum Kristen yang sekarang dirayakan sebagai April Fool's Day atau April Mop. Lalu kenapa kita mesti merayakan hari kebodohan kita sendiri? Hari kejatuhan kita? Jawabannya adalah ketidakpedulian kita, bukan? Tidak satupun dari kita mengetahui tentang ini.

Pada peristiwa tersebut, Muslimin Spanyol dijanjikan akan diberi kebebasan untuk meninggalkan tanah Spanyol secara damai, dengan catatan tidak boleh membawa senjata ke pelabuhan. Ternyata, setelah mereka berkumpul di sana, mereka dibantai secara keji tanpa ada kesempatan membela diri. Itulah mengapa tanggal 1 April diperingati kaum Kristen sebagai hari kebodohan umat Islam.

Tetapi tahukah anda berapa banyak diantara kita yang tidak mengetahui kenyataan pahit Sejarah yang menimpa umat Islam Spanyol di belakang perayaan April's Mop ??yang menyedihkan, orang-orang Islam yang jahil pun turut memperingati April Fool's Day tanpa menyadari mereka sebenarnya merayakan ulang tahun pembunuhan masal saudara se-Islam mereka . . . .

Senin, 29 Maret 2010

NIlai dakwah

Siapapun yang mendalami ilmu agama Allah mengetahui bahwa posisi dakwah ilallah berada pada posisi yang paling tinggi dan sarana mendekatkan diri pada Allah yang paling baik. Kenapa? Dakwah adalah misi para Anbiya, jalan para rasul dan auliya.

Dengan jalan itulah, rahmat Allah menyebar dan kesesatan lenyap. Karena itu, banyak sekali ayat-ayat, serta hadits-hadits shahih yang jelas menerangkan masalah ini.

Allah swt. berfirman:

“Dan hendaklah di antara kalian ada sekelompok yang menyeru kepada kebaikan dan memerintahkan yang ma’ruf serta melarang yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

“Kalian adalah ummat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, memerintahkan kepada yang ma'ruf dan melarang yang mungkar, serta beriman kepada Allah..." (QS. Ali Imran: 110)

Bersabda Rasulullah saw., "Demi Dzat Yang Jiwaku Ada dalam Tangan-Nya. Pasti kalian akan memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar. Atau (bila kalian tidak melakukan hal tersebut), niscaya Allah akan menimpakan hukuman atas kalian, setelah itu kalian memohon kepada-Nya, dan tidak dikabulkan." (HR. Turmudzi, dan mengatakan hadits hasan).

Keadaan mereka sebagaimana ungkapan Imam Ahmad rahimahullah yang dinukil dalam kitab I'lam al-Muwaqi'in: “Mereka menyeru yang tersesat pada petunjuk, menghidupkan orang-orang yang mati dengan Kitabullah, menjelaskan orang-orang yang buta dengan cahaya Allah. Berapa banyak korban-korban iblis yang mereka hidupkan kembali? Berapa banyak mereka yang tersesat terlunta-lunta mendapat petunjuk kembali."

Karena itu, mereka, para da'i, memang layak memperoleh do'a dari semut yang ada di sarangnya, hingga ikan yang ada di lautan. Mereka di bumi ini, ibarat bintang di langit. Melalui mereka yang ragu-ragu dalam kegelapan dapat tertuntun kembali.

Merekalah yang menyampaikan ajaran Allah dan melanjutkan misi para Anbiya setelah tidak ada lagi rasul sesudah Muhammad saw. dan wahyu telah terputus dari langit. “Demikianlah kami jadikan kalian sebagai ummat pertengahan.. agar kalian menjadi saksi atas manusia, dan Rasul menjadi saksi atas kalian." (QS Al-Baqarah: 143)

Bertolak dari sini, risalah yang ditulis khusus untuk para da'i ini, bertujuan agar menjadi satu bentuk pemuliaan bagi mereka, penjelas dan penerang bagi siapa saja yang ingin berjalan di jalan para Anbiya.

Saya memohon kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa, agar para da'i yang mencari kebenaran, dapat mengambil manfaat atas usaha ini. Saya mohon ampun kepada Allah dari kekeliruan. Semoga Allah memeliharaku dari keburukan.

Risalah ini kususun mencakup beberapa bab. Bab "Kenapa Ikhwanul Muslimin, terbagi tiga bagian: Hakikat Dakwah Ikhwanul Muslimin, Syubuhat dan Jawabannya, serta Untaian Harapan dalam Amal Islami.

Saya menyusun risalah ini sebagai seruan secara menyeluruh agar menjadi perhatian para pemuda, sekaligus menyingkap berbagai pemikiran serta isu-isu yang ada.

Setelah itu, saya sebutkan kaidah-kaidah umum dalam menolak syubuhat yang dilontarkan kepada Ikhwanul Muslimin. Di sini, saya berikan beberapa contoh syubuhat berikut jawabannya.

Berikutnya, saya paparkan pula beberapa harapan yang semoga dapat semakin mengokohkan eksistensi harakah Ikhwan. Juga agar harakah dapat mengevaluasi kesesuaian langkahnya terhadap manhaj.

Ini dalam kondisi harapan-harapan tersebut memang belum termasuk dalam program harakah. Bila harapan tersebut sesuai dengan manhaj, hendaklah segera diambil. Dan bila tidak, harus segera ditutup.

Mengapa Ikhwan?

Yang menjadi pertanyaan, Mengapa dakwah Ikhwanul Muslimin selalu menjadi sasaran konspirasi musuh Islam di segenap penjuru Timur dan Barat? Mengapa dakwah Ikhwanul Muslimin hingga kini cahayanya tak kunjung padam? Mengapa dakwah Ikhwanul Muslimin justeru menarik minat banyak pemuda, betapapun mereka mengetahui konsekwensi jalannya yang begitu berat? Mengapa dakwah Ikhwanul Muslimin dibenci oleh orang-orang yang kerasukan ambisi pribadi?

Sebuah konperensi duta besar dari Inggris, Perancis dan Amerika pernah digelar di Faid, November 1948. Para konsulat meminta dubes Inggris menuntut Naqrasyi, perdana menteri Mesir saat itu, agar mengeluarkan keputusan larangan terhadap Jama'ah Ikhwanul Muslimin.

J. Obrian, Sekretaris Politik Komando Angkatan Darat Inggris di Timur Tengah, mengirim surat pada Organisasi Intelejennya di wilayah Mesir dan Laut Tengah.

Ia menyebutkan isi pembicaraan serta hasil-hasil penting konperensi di Faid. Yang terpenting, mereka akan melakukan langkah koordinasi melalui kedutaan besar Inggris di Kairo guna menghantam Jama'ah Ikhwanul Muslimin.

Itu gambaran tentang pertanyaan pertama. Tentang pertanyaan kedua, masih banyak orang yang belum mengetahui hakikat dakwah ikhwan.

Di antara mereka masih ada yang diliputi rasa bimbang. Mereka sebenarnya menyimpan simpati terhadap Ikhwan, namun belum percaya terhadap kemampuannya. Mereka juga ingin melakukan sesuatu, tetapi putus asa karena khawatir bila dakwah ini hancur. Pada akhimya, mereka memilih diam, tanpa melakukan apapun.

Dilatarbelakangi fenomena tersebut, juga banyak para pemuda yang tengah menanti orang yang dapat menjelaskan jalan dakwah pada mereka, yang dapat menjadi saluran aspirasi dan amal mereka secara jelas dan terang.

Untuk mereka semua, dan siapa saja yang ingin melangkahkan kaki di atas jalan dakwah, kami persembahkan risalah ini untuk menghilangkan waham, serta berbagai isu yang disebarkan dari mulut ke mulut. (diterjemahkan oleh Hawari Aulia)

(Dari Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)

Jumat, 26 Maret 2010

ata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).

Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni.

Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.

Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut, jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia, Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak terijabah.

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do’a seorang gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah.

Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga..

Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan

Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang beriman…

Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan yaitu:

1) Iman yang kuat

2) Ikhlas dalam beramal

3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan keridhaan-Ny